Karena satu dan lain hal mungkin ada di antara kita yang harus tetap melakukan perjalanan menggunakan pesawat pada masa Corona atau Covid-19 ini. Salah satunya saya. Terhitung saya sudah melakukan perjalanan menggunakan pesawat beberapa kali sejak issue virus korona ini merebak di Indonesia.
Baru-baru ini saya terbang dari Yogyakarta ke Makassar menggunakan Lion Air. Saat saya menulis artikel ini tanggal 27 Juni 2020, saya masih transit di salah satu hotel transit di bandara untuk melanjutkan perjalanan esok harinya. Saya ingin share pengalaman saya hari ini serta dibandingkan dengan pengalaman travel sebelumnya.
Secara umum saya coba klasifikasikan pengalaman travel saya pada masa Corona ini menjadi 3 bagian.
- Naik pesawat di masa Corona sebelum bulan Maret 2020
- Naik pesawat di masa Corona pada bulan April 2020
- Naik pesawat di masa Corona pada bulan Juni 2020
Naik pesawat di masa Corona periode bulan Maret 2020 : Biasa Aja
Seperti kita ketahui virus Corona mulai muncul di akhir tahun 2019 dan mulai menyebar secara luas sejak tahun baru imlek di bulan Februari 2020. Dari pengalaman saya traveling di pertengahan maret 2020, saat itu masih belum ada travel awareness secara nyata mengenai virus corona di Indonesia. Semua berjalan seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Waktu itu baru ada puluhan kasus positif Corona di Indonesia. Prosedur masuk bandara, prosedur check in dan pengaturan teknis masuk pesawat masih belum ada perubahan dengan kondisi normal sebelum virus Corona.
Semua berjalan normal seolah-olah tidak ada apa-apa.
Naik pesawat di masa Corona pada periode bulan April 2020 : Mencekam
Di awal April saya terpaksa melakukan perjalanan kembali menggunakan pesawat dengan rute yang sama Makassar ke Yogyakarta. Pada waktu itu jumlah kasus positif korona sudah mencapai sekitar 2000 dari sebelumnya awal Maret hanya 2 kasus positif. Suasana traveling menggunakan pesawat pada waktu itu benar-benar mencekam. Semua orang sudah aware mengenai eskalasi virus Corona.
Setelah check in saya langsung masuk ke lounge dan tidak pindah-pindah tempat lagi. Suasana bandara pada waktu itu cukup mencekam. Orang-orang sudah menggunakan masker, bahkan ada yang menggunakan sarung tangan. Setiap kali kita berpapasan dengan orang, ada rasa was-was. Jangan-jangan orang tersebut merupakan carier.
Setelah mendarat di Yogyakarta, saat itu ada prosedur baru yang diperlakukan ketika kita akan memasuki bandara setelah turun dari pesawat. Waktu itu saya diminta mengisi formulir berisi informasi data pribadi dan data penerbangan sampai kursinya. Seingat saya, saya juga difoto ditempat tersebut.
Suasana bandara YIA kurang lebih sama dengan bandara SHIA Makassar yaitu sepi sekali. Saya selanjutnya keluar dari bandara naik mobil transport Darmi yang ada di bandara. Waktu itu hanya ada 2 orang penumpang termasuk saya. Pada waktu perjalanan menuju rumah, saya melihat di beberapa ruas jalan masuk ke kampung terlihat ada spanduk bertuliskan “Lockdown”. Hal ini menambah suasana mencekam dalam perjalanan saya.
Naik pesawat di masa Corona pada periode Mei 2020 : Dibanned
Dari bulan April sampai 26 Juni saya bekerja dari rumah dan tidak melakukan perjalanan menggunakan pesawat. Personally saya tidak punya pengalaman melakukan perjalan di bulan antara awal April dan akhir Juni ini. Tapi saya amati dari sosial media perjalanan di periode ini menjadi sangat kompleks karena bersamaan dengan periode mudik dan juga eskalasi kasus Corona. Pemerintah mulai mengeluarkan peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar untuk membatasi penyebaran virus Corona.
Pada periode tersebut, untuk melakukan perjalanan menggunakan pesawat membutuhkan surat dinas dan beberapa dokumen lain yang mendukung kondisi kesehatan calon penumpang.
Naik pesawat di masa Corona pada periode Juni 2020 : New Normal
Somehow, masa-masa indah Work From Home Town sudah berakhir. Hari ini 27 Juni 2020, saya harus balik kembali ke Makassar dari Yogyakarta dan kembali ke tempat kerja. Jumlah kasus positif Corona di Indonesia per hari ini sudah mencapai kisaran 50,000. Jika dibandingkan periode awal maret yang hanya 2, kemudian awal april yang hanya sekitar 2,000; jumlah kasus di akhir juni ini sudah 25 kali lipat dari kasus di bulan April. Kalau dilihat perbandingan angkanya, bepergian di masa ini akan mempunyai resiko lebih besar dan lebih “menyeramkan” dibandingkan travel di bulan April. Tapi entah kenapa yang saya lihat dan saya rasakan tidak seperti sebelumnya. Mungkin hal ini terkait dengan penerimaan kita dengan kondisi “new normal” yang banyak di kampanyekan di media.
Kemudian apa saja yang perlu disiapkan pada saat akan naik pesawat di masa Corona ini? Dari pengalaman saya, hanya satu dokumen yang perlu disiapkan yaitu dokumen hasil rapid test maupun PCR test. Sebelum check-in, nanti kita akan diarahkan ke area pemeriksaan dokumen terlebih dahulu. Dokumen yang diperiksa adalah hasil test SWAB/PCR atau rapid test.
Dokumen tersebut harus di print karena nanti akan diberi tanda pengesahan oleh petugas disana. Dalam pengechekan dokumen tersebut kita juga diminta mengisi data pada aplikasi EHAC dan menginstall aplikasi PeduliLindungi.
Aplikasi PeduliLindungi bisa di-install di platform Android dan Platform IOS. Sedangkan aplikasi eHAC hanya bisa di-install pada platform Android. Buat yang hanya menggunakan iPhone maka perlu siapkan dokumen manual dari eHAC ini.
Aplikasi PeduliLindungi merupakan aplikasi yang digunakan untuk mengecek apakah kita berada pada Zona merah, kuning atau hijau terkait dengan tingkat paparan korona di lokasi kita.
Kemudian apakah aplikasi eHAC itu sendiri? eHAC atau Indonesia Health Alert Card merupakan aplikasi dari Kementerian Kesehatan RI yang diterbitkan oleh direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Apa saja yang perlu diisi dalam aplikasi ini? Untuk menggunakan aplikasi ini kita perlu melakukan pendaftaran terlebih dahulu. Setelah registrasi, selanjutnya kita akan mengisi nama, nomer KTP, tujuan, identitas pesawat dan termasuk nomer kursi pesawat.
Dari pengalaman saya, pengisian eHAC ini cukup flexible. Yang penting sebelum keluar bandara kita harus mengisi eHAC ini. Nanti kita perlu tunjukkan bar code eHAC untuk discan oleh petugas sebelum keluar dari bandara.
Demikian pengalaman saya, semoga bermanfaat. Kalau ada pengalaman lain, silahkan tulis di komentar di bawah supaya bisa membantu orang lain yang membutuhkan.
Stay safe and healthy.